Molekul tersembunyi yang ditemukan dalam susu dan juga mungkin ada dalam bir serta beberapa makanan ini tidak memiliki efek samping, dan diklaim bisa memperpanjang usia harapan hidup.
Foto: shutterstock
Permasalahannya adalah bahwa molekul yang disebut nikotinamide riboside (NR) tersebut sangat kecil, sulit untuk ditemukan dan sangat mahal untuk mensintesiskannya.
Kepala Ecole Polytechnique Federale Lausanne Swiss, Johnan Auwerx, mengatakan penemuan molekul tersebut diperoleh setelah peneliti melakukan serangkaian percobaan pada tikus.
"Temuan ini sangat mengesankan. Nikotinamida riboside (NR) tampaknya berperan dalam mencegah obesitas," kata Auwerx.
Bekerjasama dengan Weill Cornell Medical College di New York, Auwerx dan timnya menemukan, tikus yang diberi diet tinggi lemak dan asupan NR mengalami penambahan berat badan lebih sedikit (60 persen) ketimbang tikus yang mengonsumsi makanan yang sama namun tidak diberikan suplemen NR.
Bahkan, pada tikus yang diberi NR tidak ditemukan adanya indikasi penyakit yang mengarah ke perkembangan diabetes, tidak seperti tikus yang tidak diberi NR.
Tikus yang diberi suplemen makan NR selama sepuluh minggu memiliki kinerja daya tahan lebih baik dibanding mereka yang tidak. Mereka juga dalam kondisi yang lebih baik, dan ini dikonfirmasi oleh pengamatan dari serat otot mereka di bawah mikroskop.
Peneliti mengatakan, molekul ajaib ini bekerja di dalam sel dengan meningkatkan metabolisme, seperti resveratrol, yang ditemukan dalam anggur. Tidak ada efek samping yang ditemukan selama percobaan dilakukan.
"Tampak bahwa sel-sel pada tubuh menggunakan NR sejauhmana yang mereka perlukan, dan sisanya disisihkan tanpa berubah menjadi bentuk apapun yang tidak berpotensi merusak," kata peneliti, Carles Canto.
Para peneliti percaya, peningkatan molekul NR memengaruhi peningkatan fungsi mitokondria, bagian dari sel yang memasok energi. Mitokondria dianggap berperan dalam proses penuaan.
Diharapkan bahwa dengan merangsang fungsi mitokondria lewat molekul NR, para ilmuwan melihat adanya peningkatan usia harapan hidup yang lebih panjang serta perbaikan kesehatan lainnya.
"Tetapi molekul ini sulit untuk direproduksi dan sangat kecil. Saat ini, kita bahkan tidak bisa mengukur konsentrasinya dalam susu, jadi tidak mungkin untuk mengetahui berapa banyak Anda harus minum untuk dapat mengamati efeknya, " sambung Auwerx.
Kedepan, penelitian ini akan dilanjutkan dengan melakukan pengujian molekul pada manusia.
Sumber :
kompas.com