Sabtu, 28 April 2012

Buku: Menyusuri Kota Jejak Kejayaan Islam

Seperti apakah dunia masa kini memandang negara-negara Islam, stigma teroris dan kekerasankah, atau sumber tambang yang harus dikuasai? Apa pun itu, dalam catatan sejarah menunjukkan tempat di mana Islam pernah menjejak, jadi bukti betapa masif dan luasnya ajaran Nabi Muhammad S.A.W ini.
 

Tak sekadar luas, bangsa-bangsa Islam juga pernah merasakan "golden age", baik dari segi kekuasaan pun pusat ilmu dunia. Kisah ini menjadi benang merah buku "Menyusuri Kota Jejak Kejayaan Islam" terbitan Harian Republika. 26 kota di seantero dunia jadi pusat perhatian tim penulis: Heri Ruslan, Desy Susilawati, Dyah Meta Ratna Meta Novi, Ferry Kisihandi, Muhammad Subarkah, dan Syahruddin El-Fikri.
 
Dengan enam penulis yang berlabel "jurnalis" tentunya akurasi isi dan kenikmatan membaca tak perlu dipermasalahkan lagi. Mereka sungguh handal memilih judul yang menarik. "Cordoba: Firdaus yang Hilang", atau "Kosovo: Kembalinya Bangsa yang Hilang", dan "Yordania: Negeri Penjaga Masjid Al-Aqsa". Itu contohnya, begitu khas dengan feature.
 
Demikian pula isinya. Banyak hal menarik --bahkan mungkin belum tahu-- yang bisa menyadarkan kita betapa besarnya Islam (masa itu). Puluhan cendikiawan, penemu bertebaran menjadi acuan dunia. Siapa tak mengakui sang Bapak Aljabar Al-Khawarizmi, dan ternyata ia datang dari Aleppo, Suriah. Nama yang asing di telinga? Padahal Aleppo salah satu kota tertua dalam sejarah manusia.
 
Atau ingin tahu seperti apa Islam di Tibet dan Islam telah 'menemukan' Amerika sebelum Columbus? 234 halaman isi sungguh penuh ilmu di dalamnya. 

Namun sebagai pertimbangan, setelah melahap buku ini, tanyalah ke dalam diri, "Apa yang terjadi dengan bangsa Islam kini, ke mana Kecendikiaan itu pergi berganti kisruh di Timur Tengah yang seolah tak berujung? Atau semoga justru timbul semangat untuk mengembalikan kejayaan itu. Semoga terinspirasi...