Perselingkuhan menjadi salah satu perusak kehidupan rumah tangga. Ada saja alasan yang terucap oleh mereka yang selingkuh. Beberapa mengaku terpaksa berkhianat karena khilaf, ada juga yang merasa dendam. Bahkan yang paling parah, tak sadar melakukannya.
Banyak yang merasa selingkuh hanya ketika pengkhianatan sudah melibatkan hubungan fisik. Mereka tak merasa selingkuh jika hanya melibatkan emosi atau sebaliknya.
Apa itu selingkuh fisik? Selingkuh fisik dapat terdeferensiasi dalam beberapa kategori. Ada selingkuh fisik yang murni bertujuan mencari kepuasan seksual, tanpa melibatkan perasaan. Ini biasanya tergambar pada sosok pria hidung belang yang gemar melakukan transaksi dengan pekerja seks komersial.
Sementara selingkuh emosi, kerap menimpa mereka yang menjalin romantika terlarang di dunia maya. Jarang atau bahkan tak pernah bertemu, tapi memiliki kedekatan emosional yang besar. Saling bertukar pesan romantis, atau saling memberi perhatian secara intensif. Semua ini tentu juga dilakukan tanpa sepengetahuan pasangan sah.
Memelihara selingkuh emosi seringkali berkembang tanpa kesadaran. Padahal, berpotensi membuat rusak hubungan. Bukan tak mungkin keterlibatan emosi yang semakin dalam akan memancing perselingkuhan lebih jauh dalam hubungan fisik. Jika ini terjadi, kecenderungannya kecil kemungkinan hubungan yang sah akan terselamatkan.
"Perselingkuhan emosi bisa mematikan hubungan secara cepat, jika terus berkembang," kata Lauren Mackler, terapis hubungan dan penulis buku 'Solemate: Master the Art of Aloneness dan Tranform Your Life', seperti dikutip dari laman You Tango.
Apapun bentuknya, hampir semua wanita tak bisa menerima bentuk perselingkuhan, baik sekedar fisik, emosi, apalagi emosi dan fisik. Sementara pria jamak, merasa tak selingkuh jika tak melibatkan perasaan.
sumber