Senin, 30 Januari 2012
Rp 1.000 untuk Sahabat Anak Lumpur Lapindo
Gerakan Sahabat Anak Lumpur Lapindo (Foto: Asari/Erabaru)Jakarta – Uang Rp 1.000 mungkin tidak berarti bagi sebagian orang, namun bagi korban lumpur Lapindo dukungan ini berarti besar bagi mereka. Oleh karena itu Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) menggalang donasi Rp. 1.000 bagi anak-anak korban lumpur Lapindo di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Minggu (29/1).
“Mengapa mereka perlu dibantu karena mereka putus sekolah, mereka kehilangan hak mereka sebagai anak, tidak ada upaya pemerintah untuk membantu pendidikan mereka,” ujar aktivis Walhi M.Teguh Surya.
Menurut Teguh, gerakan donasi Rp 1.000 untuk sahabat anak lumpur merupakan kampanye ajakan mendukung korban Lapindo. Lumpur Lapindo yang telah berlangsung selama 6 tahun berlangsung tanpa adanya penanganan yang cerdas secara menyeluruh. Termasuk nasib pendidikan anak-anak.
Gerakan donasi Rp 1.000 akan diberikan secara langsung kepada anak-anak disana, terutama pada 103 anak yang sudah tidak menentu terhadap nasib mereka. Adapun 103 anak-anak tersebut merupakan pelajar SD. Bahkan mereka diketahui telah putus sekolah.
"Kami hanya minta Rp 1.000, Kami akan berikan langsung pada anak-anak disana,” kata Teguh.
Kasus lumpur Lapindo yang saat ini cenderung jarang diekspos, sudah diketahui secara umum kasus ini banyak melibatkan berbagai pihak kepentingan pribadi dan kelompok. Kasus ini sudah merupakan politik tingkat tinggi dengan melibatkan banyak pejabat dan pihak intelijen.
Pemerintah dalam hal ini semestinya mampu mengalokasikan dana BOS yang semestinya diperuntukkan bagi yang tidak mampu. Anak-anak itu disamakan dengan pelajar-pelajar yang lain, karena mereka merupakan bagian dari korban.
Rp 1.000 untuk Anak Lumpur Lapindo (Foto: Asari/Erabaru)
“Ini tidak, mereka tidak dilihat sebagai korban, tidak ada inisiatif untuk mendahulukan mereka,” jelas Surya.
Korban lumpur Lapindo Rere Christanto mengatakan kasus Lapindo yang saat ini terjadi, masih belum terselesaikan siapa yang bertanggung jawab dalam kasus Lapindo.
Dalam hal ini apakah korporasi yang bertanggung jawab yakni Group Bakri, kemudian apakah pemerintah daerah atau pemerintah pusat.
Perkembangan selanjutnya adalah kasus lumpur Lapindo telah disimpangsiurkan sehingga tidak jelas siapa yang bertanggun jawab dalam kasus ini. Sehingga tanggung jawab masing-masingpun berbeda seperti dalam Perpres 14 menyatakan bahwa Lapindo memberikan ganti rugi kemudian Perpres 48 APBN yang dipakai.
“Jadi tidak pernah diclearkan siapa yang bertanggun jawab kasus ini,” ujar Rere Christanto.
Diharapakan kepada masyarakat untuk kembali melihat mengenai kasus lumpur Lapindo, yang saat ini masih terus berlangsung. Banyak aspek-aspek untuk korban lumpur yang hingga saat ini masih belum terselesaikan, khususnya mengenai aspek pendidikan.
Vokalis grup band Padi, Fadli yang turut berpartisipasi dalam kegiatan gerakan donasi Rp 1.000 untuk sahabat anak lumpur mengatakan, penggalangan dana tersebut merupakan langkah konkrit untuk anak-anak korban Lapindo. Anak-anak di porong saat ini kesehatan mereka ini setelah Fadli secara langsung terjun ke lapangan.
“Di sana sawah mereka teracuni, anak-anak mandi yang tidak memadai, kita tidak ngomong aja tapi langsung bergerak menjadi relawan,” kata Fadli.
Vokalis Padi, Fadly (Foto: Asari/Erabaru)
Fadli telah mengunjungi dan bernyanyi bersama dengan anak-anak korban Lumpur Lapindo di Sanggar Al Faz desa Besuki, Jabon, Sidoarjo.
Musik solidaritas untuk Anak Lumpur Lapindo merupakan dukungan nyata Fadly terhadap anak-anak di Porong.
Kedatangan Fadly sekaligus menyerahkan donasi Rp 25 Juta yang terkumpul menggunakan ikon Fadly- Rindra.
Hingga saat ini Gerakan Seribu untuk Pendidikan Anak Korban Lapindo terkumpul Rp 28.172.600, baik dari donasi langsung maupun donasi bulanan. Kampanye ini aktif mendukung pemulihan ekonomi, pendidikan anak dan pemenuhan kebutuhan dasar anak korban Lapindo.
sumber